Rabu, 15 Februari 2012

STRATEGI MENULIS BUKU

STRATEGI MENULIS BUKU
Naning Pranoto

“…saya dengar ada yang mengeluh, menulis itu pekerjaan berat. Tetapi menulis adalah kesenangan terbesar dalam hidup saya dan itu hanya kematian yang dapat mengakhirimnya.”

(Ernest Hemingway)

Pengantar

Menulis buku yang ideal adalah bila hal itu dilakukan karena murni dorongan kata hati. Maksudnya, menulis buku bukan karena dipaksa oleh pihak-pihak tertentu di bawah ancaman atau karena terpaksa menjalankan tugas untuk menghindari suatu sanksi (tidak mendapat gelar) dan semacamnya. Bila keterpaksaan itu terjadi, maka buku yang ditulisnya dapat dipastikan kualitasnya diragukan. Baik itu kualitas cara penulisannya maupun isinya karena tidak dilandasi spirit, visi, misi dan tanggung-jawab moral.

Idealnya, buku yang baik (apa pun jenisnya fiksi maupun non fiksi) seharusnya mengandung nilai-nilai luhur, bervisi dan bermisi yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral atau akademis sehingga bermanfaat bagi pembacanya. Manfaat itu antara lain meliputi: pengembangan wawasan, pengkayaan buah pikiran, memberi inspirasi dan motivasi hal-hal positif/untuk kemajuan, memancing opini (yang bersifat meningkatkan IQ) dan mengasah kepekaan (EI) atau paling tidak memberi hiburan yang sehat. Oleh karena itu, untuk bisa menulis buku ideal perlu berbagai pembekalan materi yang memadai(sesuai dengan tujuannya), pemikiran dan analisis yang dalam, konsentrasi khusus pada saat menulis dan tahu kemana saja arahnya buku yang ditulis tersebut disebarluaskan.

Buku, selain merupakan produk ilmiah, juga produk industri. Karena itu, buku harus dirancang agar punya pasar yang baik, mulai dari bentuk fisik, bahasa dan isinya.

Mulai Dengan Berbagai Pertanyaan

Cikal bakal buku adalah kitab-kitab yang menjadi sumber ajaran agama, moral dan pengetahuan bagi manusia, antara lain Al-Qur’an, Al Kitab dan Wedha. Semuanya ditulis dengan bahasa yang sangat indah dan sarat makna, seindah dan penuh makna isi yang ada di dalamnya. Karena kita tahu, buku-buku tersebut adalah karya Yang Maha Kuasa dan MahaAgung.

Dalam perkembangannya, manusia mampu menulis buku, diperkirakan sejak tahun 3000 Sebelum Masehi. Buku yang ditulisnya antara lain berisi mantera dan semacam obat atau jamu untuk keselamatan dan kesehatan, ilmu alam/ilmu bumi untuk kenyamanan dan pertahanan hidup serta serba-serbi boga termasuk aphrodisiac (perangsang nafsu birahi) untuk kesenangan dan kenikmatan. Kemudian berkembang, penulisan buku menjadi meningkat ragamnya, sesuai dengan perkembangan zaman yaitu di bidang matematika, fisika, sejarah serta sastra (sastra yang semula dilisankan kemudian ditulis). Yang jelas, semuanya itu dianggap sebagai sumber berbagai ilmu pengetahuan karena penulisnya memang bervisi dan bermisi demikian. Maka muncullah pepatah, buku gudangnya ilmu, buku jendela dunia.

Berdasarkan fakta tersebut di atas, maka siapa pun yang akan menulis buku, sebaiknya bertindak arif. Yaitu, sebelum menulis buku mulailah dengan pertanyaan dan jawab lah pertanyaaan yang ada dengan jujur. Maka jawaban-jawaban tersebut akan menentukan buku yang akan kita tulis.

Pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud antara lain:
1.Mengapa kita menulis buku?
2.Untuk siapa (pembaca) buku yang akan kita tulis?
3.Jenis buku apa yang akan kita tulis?
4.Berapa lama kita akan menulis (target waktu)?
5.Seperti apa perwajahan, tata-letak dan penampilan buku?
6.Penerbit mana yang kiranya akan jadi mitra kita (mau menerbitkan karya kita)?
7.Kegiatan apa saja yang akan dilakukan untuk memasarkan dan mempromosikan buku yang akan terbit?
8.Acara peluncuran seperti apa untuk ‘merayakan’ terbitkanya buku?

Semua pertanyaan tersebut perlu dijawab dengan seksama, jujur dilandasi pertimbangan pemikiran bahwa apa yang kita inginkan (menulis) buku harus tercapai dan buku tersebut dibaca oleh pembaca yang kita targetkan. Artinya, naskah yang kita tulis diterbitkan menjadi buku, kemudian didistribusikan dengan baik disertai pemasaran dan promosi yang memadai. Paling tidak, pada saat buku terbit diadakan acara peluncuran. Sehingga buku kita bisa sampai ke sasarannya seperti apa yang kita harapkan. Karena dalam kenyataannya (berdasarkan pengamatan dan pengalaman saya), tidak semua buku yang telah diterbitkan (walau bagus) dipasarkan dan dipromosikan oleh penerbitnya. yang memadai. Bahkan tidak ada acara peluncuran, sehingga buku yang berkualitas baik pun menjadi kurang dikenal atau bahkan tidak diketahui oleh pembaca sama sekali. Ini jelas, mengakibatkan kekecewaan kita sebagai penulis.

Jalan keluarnya, untuk mengatasi timbulnya kekecewaan tersebut, penulis buku Change – Rheinald Kasali memberi tips bahwa penulis harus mampu mempromosikan karyanya melalui berbagai acara yang diciptakannya sendiri. Misalnya, berusaha meluncurkan buku (atas biaya sendiri atau bekerjasama dengan sponsor), menyelenggarakan temu pembaca, seminar, siaran di radio dan sebagainya. Dengan demikian, bukunya dapat dibaca oleh pembaca yang ditargetkan oleh si penulis. Dari berbagai kegiatan ini penulis akan mendapat kepuasan, paling tidak secara batin dan apalagi kalau mendapat uang.

Dari Percept ke Concept dan Menjadi Text

Buku apa pun yang kita tulis, yang benar adalah bermula dari idea, menjadi percept (anggapan/pendapat) lalu berkembang jadi concept diwujudkan menjadi text atau naskah. Semuanya itu dapat terwujud karena adanya media utama yaitu bahasa yang merupakan perpanjangan otak (buah pikiran) untuk menyampaikan atau mengekspresikan konsep menjadi tulisan/teks. Bahasa dalam konteks ini berfungsi sebagai alat komunikasi dan informasi, yang disebut bahasa kedua (bahasa pertama adalah bahasa lisan) – demikian pendapat Robert K. Logan, ahli bahasa dan ahli fisika dari Universitas Toronto – Kanada.

Sebagai bahasa kedua, media untuk menulis, maka bahasa yang kita pergunakan untuk menulis ada standard dan ketentuan-ketentuannya. Ini tergantung, jenis buku apa yang akan kita tulis: fiksi atau non-fiksi? Jenis tulisan fiksi bermacam-macam dari yang bernilai sastra hingga pop. Demikian juga tulisan non-fiksi, ada yang bersifat pop dan ilmiah pop maupun ilmiah murni. Jenis-jenis tulisan tersebut menggunakan media bahasa yang berbeda. Kunci utamanya, setiap penulis harus kaya akan kosa kata dan menguasai betul bahasa tersebut sehingga dalam proses menulis tidak mengalami hambatan.

Tahapan Penulisan dan Menjadi A Home Career Tahap ini merupakan proses kreatif dari seorang penulis. Kekreativannya dimulai dengan pada saat merencanakan menulis buku. Di AS maupun di Eropa pada saat ini, bila seseorang berniat menulis buku ditafsirkan akan menjalani kehidupan ‘sangat kreatif’ karena mampu:

•Bekerja di rumah
•Menjadi a home career (berkarir di rumah – biasanya orang berkarir selama ini identik dengan orang yang selalu sibuk di luar rumah)
•Menjadi direktur dan sekaligus manager bagi dirinya sendiri
•Bagi kaum muda masih bisa melanjutkan studinjya sebagai pelajar atau mahasiswa
•Memposisikan dirinya sebagai penulis profesional
•Mendulang uang dari buah kesendirian, mau berpikir dan memperkaya pengetahuan (membaca)
•Menjual ide melalui Strategic Thinking untuk menghadapi persaingan

Bukan bermakssud menyombongkan diri, saya telah menjalani hidup sebagai a home career sejak tahun 80-an, dengan menggantungkan matapencaharian dari menulis.

Apakah Anda juga mau memposisikan diri sebagai a home career dengan menulis buku? Bila jawabannya ‘yes’ atau masih ‘do not know’ - keduanya perlu mempersiapkan diri untuk menulis buku sebaik mungkin.

Berikut ini langkah-langkah persiapan untuk menulis buku:

1.Perencanaan
2.Persiapan materi
3.Proses penulisan
4.Editing (Penyuntingan): isi dan bahasa
5.Koreksi

Penjarannya:
menentukan jenis tulisan: Fiksi atauà•Perencanaan Non-fiksi
Fiksi bersumber dari imajinasi, pengamalamanà•Persiapan materi hidup, pengalaman orang lain yang memberi inspirasi, bacaan dan sebagainya. Non-fiksi materinya bersumber dari fakta (penelitian lapangan atau literatur, laporan ilmiah, peristiwa, eksperimen dan sebagainya)
•Proses menulis: sesuai dengan perencanaan semula.à-Penulisan Judul (Kepala Tulisan/Karangan) Judul penting, sebagai pedoman isi tulisan (kecuali fiksi, judul bisa diganti-ganti)
untuk buku ilmiahà-Penulisan Isi (Tubuh Tulisan/Karangan) (non-fiksi) diperlukan kelengkapan selain Daftar Isi juga: Sambutan, Kata Pengantar, Daftar Pustaka, Daftar Indeks, Catatan Kaki, Kolofon dan sebagainya (akan diberi contohnya)
Daftar Isi, Catatan Kaki (bilaà-Untuk buku fiksi perlu)
•Editing
editing ini sangat penting untuk mencapaià-Isi tulisan editing ini sangatàkualitas tulisan fiksi maupun non-fiksi -Editing bahasa penting sebab menentukan kualitas isi buku yaitu bahasa harus komunikatif, etis dan enak dibaca. Bahasa sebagai media untuk menulis buku juga memerlukan kelengkapan tanda baca yang tepat dan akurat.
semua naskah yangà•Koreksi akan diterbitkan menjadi buku memerlukan koreksi, tanpa kecuali. Kesalahan biasanya meliputi:
ini terjadi sejak tulisan masih berbentukà-Salah tulis naskah (kesalahan dilakukan oleh penulis)
ini terjadi dalamà-Salah cetak proses pencetakan (Bukan kesalahan penulis)

Pendalaman Tentang Teks

Teks atau text (dalam bahasa Inggris) berasal dari kata tekto (bahasa Yunani) yang berarti weaving (bahasa Inggris) yaitu menenun atau menganyam. Maka apa pun hasil karya tulis kita, makalah atau buku adalah merupakan teks.

1.Teks (karya tulis) bisa disebut teks apabila ia bisa dipahami oleh pembaca.
2.Teks bisa disebut teks apabila ia menyampaikan arti (makna) atau isi yang mengandung nilai-nilai (ilmiah atau sastra)
3.Teks harus disampaikan melalui bahasa. Karena itu penguasaan bahasa sangat menentukan arti teks yang kita tulis.

Teks-teks yang dimaksud tersebut tidaklah selalu murni dari pemikiran kita melainkan bisa saja diambil (dikutip) dari teks karya penulis di luar kita. Seperti dikatakan oleh Yulia Kristeva (filsuf, ahli teori bahasa, sastra dan psikoanalisa ) bahwa suatu teks itu merupakan mosaic dari teks-teks lainnya. Jadi sebuah teks itu tidak tertutup oleh system dan tidak berada dalam kesendirian. Maka bisa diragukan kebenarannya jika ada penulis yang mengatakan, “Tulisan saya asli pemikiran saya ….!” Padahal yang benar, ia terpengaruh oleh teks-teks yang pernah dibacanya. Pengaruh ini bukan berarti menjiplak atau meniru.

Berikut ini pengerian teks hubungannya dengan teks-teks lainnya:

1.Intertekstualitas adalah hubungan satu teks dengan teks lain.
2.Apa pun teks yang kita hasilkan, pastilah punya hubungan atau bersinggungan dengan teks karya orang lain (terdahulu).
3.Pada dasarnya selalu berlaku pepatah lama: Tak ada yang baru di bawah sinar matahari (nothing new under the sunshine)
4.Berkaitan dengan Butir 3, itu berarti bahwa teks yang Anda tulis selalu tidak lepas dari pemikiran orang lain.
5.Dalam penulisan ilmiah (academic writing), merujuk pendapat orang lain, memerlukan etika, dengan menyebut sumbernya.
6.Keterpengaruhan adalah salah satu bentuk intertekstualitas.
7.Contoh-contoh:
-Teks-teks karya ilmiah tentang filsafat:
TeksàPostmodernisme berkaitan dengan modernisme. -Psikologi Lacan (Jacques) berkaitan dengan teks Psikoanalisis Sigmund Frued.
à-Ekonomi Marxian berhubungan dengan karya Thomas Malthus, David Ricardo, Adam Smith dan sebagainya.
Karya Kenzaburo terkait dengan karya-karya J.P. Sartreà-Fiksi

Daftar Pustaka

Buku
Logan, Robert K, 1995. The Fifth Language. Toronto: Stoddart
Macey, David, 2001. The Penguin Dictionary of Critical Theory. England: Penguin Books
Mintzbergm, Henry, 1994. Rise and Fall of Strategic Planning. England: Free Press
Thompson, John.B, 2005. Filsafat Bahasa dan Hermeneutik (Penerjemah Dr. Abdullah Khozin Afandi). Surabaya: Visi Humanika.

Website
www.jjhome.com: How to Write A Book For Profit?
www.qm2management.com: Strategic Thinking

Tidak ada komentar:

Posting Komentar